Malam
Penganugerahan FFP 2013
Dua film
pelajar SMK Purbalingga berhasil menyabet predikat film terbaik kategori fiksi
dan dokumenter di malam puncak penganugerahan Festival Film Purbalingga (FFP)
2013, Sabtu, 1 Juni 2013, di pelataran Gelora Goentoer Darjono Purbalingga.
Film “Lawuh
Boled” sutradara Misyatun produksi Pedati Film dari SMK Negeri 1 Rembang
Purbalingga diganjar film fiksi pendek terbaik SMA Banyumas Raya, sementara
pada kategori film dokumenter pendek terbaik SMA Banyumas Raya disabet film
“Usman Janatin” sutradara Doni Saputra produksi Smega Movie SMK Negeri 1
Purbalingga.
“Penghargaan
ini untuk kesekian kali bagi film kami. Membanggakan, meskipun belum tentu
membanggakan bagi pihak sekolah. Berharap, membuat film itu mentradisi di
sekolah kami,” ujar sutradara berparas manis ini.
Menurut salah
satu juri fiksi, Yon Daryono, kemenangan film “Lawuh Boled” dibanding lima film
nominasi lainnya, karena mampu menyuguhkan pesan moral tanpa menggurui
penonton. “Film ini mampu meringkas beberapa fenomena sosial dalam satu plot
kuat, dengan akting yang ekspresif dan natural,” ujar pemimpin redaksi surat
kabar lokal ini.
Sementara
Aris Andrianto, mewakili dewan juri dokumenter menilai film “Usman Janatin”
terbaik dari empat nominasi dokumenter lain, meski kurang tajam namun pesan
yang ingin disampaikan masih bisa dicerna penonton. “Secara umum, karya
dokumenter pelajar Banyumas Raya masih perlu banyak dibenahi, terutama riset
dan penajaman masalah yang ingin diangkat,” tutur jurnalis surat kabar nasional
ini.
Selain itu,
FFP 2013 juga memberi penghargaan pada film fiksi pendek favorit penonton yang
disabet film “Meniti Hutan Panyatan” sutradara Cias Susi Astiti dari Pak Dirman
Film SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga dan film dokumenter pendek favorit
penonton diraih film “Air” sutradara Melinda Intan dari Papringan Pictures SMA
Negeri 1 Kutasari Purbalingga.
Penganugerahan
lain yaitu penghargaan Lintang Kemukus bagi individu maupun kelompok yang
secara nyata berkontribusi atas kesenian dan kebudayaan tradisi Banyumas. Tahun
ini diberikan pada almarhum S. Bono (1939-2009), seniman karawitan kelahiran
Banjarnegara yang menetap di Purbalingga hingga akhir hayatnya.