SlideShow

oke
0

Malam Penganugerahan FFP 2015 :"Gugat Pegat" Sabet Fiksi SMA Terbaik FFP 2015


Film pendek "Gugat Pegat" sutradara Laurelita Gita Prischa Maharani produksi Sabuk Cinema SMA Bukateja Purbalingga menyabet Kategori Film Fiksi SMA Terbaik se-Banyumas Raya di ajang Festival Film Purbalingga (FFP) 2015.

Malam penganugerahan ajang tahunan yang digelar Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga selama sebulan sejak 2 hingga 30 Mei 2015 ini berlangsung pada Sabtu malam, 30 Mei 2015 di aula Hotel Kencana Purbalingga.

"Sejak keberadaan karya film di sekolah kami pada tahun 2012, baru di FFP tahun ini berhasil menyabet yang terbaik. Ya, senang dan bangga, berhasil meneruskan perjuangan kakak-kakak kelas," tutur Laurelita.


Film pendek berdurasi 10 menit ini berkisah tentang sebuah keluarga yang istrinya bekerja, sementara suami pengangguran. Hal ini menjadi sebab utama retaknya sebuah rumah tangga, disamping sebab-sebab lain yang semakin memperkeruh suasana. Film ini mengangkat fenomena gugat cerai yang banyak terjadi di Purbalingga.

Menurut salah satu juri fiksi, Tri Asiati, film "Gugat Pegat" mampu mengangkat fenomena sosial yang dilatarbelakangi kesenjangan materi antara suami-istri. "Secara teknis garapan, anak-anak mampu mengungkapkan secara lugas dan sederhana namun tetap terkesan istimewa," jelas staf pengajar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jenderal Soedirman ini.

Pada Kategori Dokumenter SMA Terbaik, diraih film "Korban Bendungan Menganti" sutradara Nur Hidayatul Fitria produksi Dangerous Production SMK Muhammadiyah Majenang, Cilacap.



Sementara pada Kategori Fiksi SMP Terbaik, film "Sugeng Rawuh Pak Bupati" sutradara Eko Junianto dan Trismo Santoso produksi Sawah Arta Film SMPN 4 Satu Atap Karangmoncol, Purbalingga mampu mengungguli film-film lain.

Penghargaan lain, yaitu Kategori Film Fiksi SMA Favorit Penonton yang diraih "Coblosan" sutradara Putra Sanjaya produksi Kenari Production SMK Kutasari, Purbalingga dan Kategori Dokumenter SMA Favorit Penonton yaitu "Keluarga Pengrajin Tahu" sutradara Ahmad Rizal produksi Sabuk Cinema SMA Bukateja, Purbalingga.

Direktur FFP Bowo Leksono mengatakan, selain penghargaan kepada film-film pelajar Banyumas Raya yang memang menjadi program utama, ada satu penghargaan yaitu Lintang Kemukus sejak FFP 2012. "Penghargaan Lintang Kemukus kali ini diberikan kepada IBu Solikhah, seorang pelestari kesenian Braen asal Desa Rajawana, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga," katanya.

Lintang Kemukus adalah penghargaan yang diberikan kepada individu maupun kelompok secara nyata berkontribusi atas kesenian dan kebudayaan tradisi di Banyumas Raya dalam berbagai aktivitasnya. Penghargaan ini sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi mereka.
0

Hari IlI Program Hall FFP 2015 : Gerakan #PILKADABERSIHatauGOLPUT di FFP 2015


Gerakan #PILKADABERSIHatauGOLPUT berkesempatan diluncurkan saat gelaran Festival Film Purbalingga (FFP) 2015 di aula Hotel Kencana, Jumat, 29 Mei 2015. Peluncuran itu dengan membuka diskusi terbuka yang dihadiri anak-anak muda Purbalingga.

Sebelumnya pemutaran program "Kado buat Kota Tercinta: Bongkar!" pada jam main 14.00 yang memutar film-film pelajar Purbalingga nominasi dan pemenang Anti-Corruption Film Festival (ACFFest) 2014.

Seperti diketahui, Kabupaten Purbalingga akan menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 9 Desember 2015. Sebagai generasi muda, diharapkan aktif dalam mengawasi tahapan pelaksanaan Pilkada tersebut.

Salah satu pegiat #PILKADABERSIHatauGOLPUT Rudal Afgani Dirgantara mengatakan, gerakan ini menghendaki satu hal yaitu Pilkada bersih dari segala bentuk kecurangan. "Jika Pilkada bersih tidak bisa terealisasi, maka Golput menjadi pilihan terakhirnya," tegasnya.

Beberapa pertanyaan pemahaman seputar Pilkada, juga teknis gerakan terlontar dari para peserta diskusi. Pada dasarnya, masih banyak anak-anak muda tidak memahami Pilkada dan rasa ketidakpedulian pada hajatan negara itu.


Di tempat lain, yaitu di Markas Besar CLC Purbalingga, digelar temu komunitas film secara nonformal. Beberapa personil komunitas film, antara lain dari Purbalingga, Cilacap, Bandung, Malang, dan Yogyakarta.

Pada jam main 16.00 mengulang program Kompetisi Dokumenter SMA yang didominasi penonton pelajar. Kemudian pada jam main 19.00 diputar program ulang Kompetisi Fiksi SMP. Serta pada jam main 21.00 digelar program Pemutaran Film Khusus "Siti" sutradara Eddie Cahyono yang sempat dikelilingkan 19 titik desa di program Layar Tanjleb.


Menurut pegiat FFP Asep Triyatno, FFP saat di hall memberi kesempatan berkumpulnya anak-anak muda untuk berinteraksi dengan film. "Sebagian diantara mereka adalah pemilih pemula yang tidak hanya penting melek Pemilu, namun juga musti proaktif dalam mengawasi jalannya seleksi kepemimpinan di daerah," jelasnya.

Hari terakhir gelaran FFP 2015, Sabtu, 30 Mei 2015, akan digelar Program Anak Gugah jam main 10.00, sebelumnya pada jam 08.00 akan diadakan Focus Group Discussion (FGD) dari Jurusan Ilmu Komunikasi UGM Yogyakarta tentang FFP.

Sementara pada jam main 14.00 digelar Program Khusus Surat Cinta Untuk Jakarta yang dihadiri sutradara, editor, dan pemainnya. Dan pada malam hari, yaitu jam 19.00 digelar Malam Penganugerahan yang juga akan diisi dengan pentas seni.
0

Hari II Program Hall FFP 2015 : FFP Menjadikan Semangat Pelajar Terus Berkarya



Nanda Amoen Saputri merasa senang bukan saja karena film pendeknya yang berjudul "Ngakaki Akik" masuk seleksi Kompetisi Fiksi SMP se-Banyumas Raya Festival Film Purbalingga (FFP) 2015, tapi juga karena film perdananya berkesempatan diputar di festival film tertua di Banyumas Raya tersebut.

"Ya senang, film pendek kami bisa ditonton lebih banyak orang dan terpenting, menambah semangat kami untuk bisa terus membuat film," ungkap Nanda, siswi SMP Negeri Rembang, Purbalingga.

Pada hari II program hall FFP 2015, Kamis, 28 Mei 2015 jam 16.00, diputar program Kompetisi Fiksi SMP. Terdapat lima film tingkat SMP yang masuk seleksi dan semua diputar secara berurutan.


Selain "Ngakaki Akik", ada film pendek "Cepet" sutradara Eko Junianto dan Trismo Santoso, "Kadal Lanang" sutradara Trismo Santoso, "Sugeng Rawuh Pak Bupati" sutradara Eko Junianto dan Trismo Santoso ketiga film tersebut dari SMPN 4 Satu Atap Karangmoncol, Purbalingga. Serta satu film pendek berjudul "Sang Surya" sutradara Aqna Furqon al Farauki dari MTs Ma'arif Mandiraja, Banjarnegara.

Sebelumnya, pada jam 10.00 diputar program khusus Cerita Tentang Rahasia dari Project Change Kalyana Shira, jam 14.00 diputar program khusus Fokus: Film-Film Dokumenter Tonny Trimarsanto.

Sementara pada malam hari, pemutaran jam 19.00 yaitu mengulan pemutaran program Kompetisi Fiksi SMA yang dihadiri para pembuat film dan pendukungnya. Hal ini dikarenakan, terdapat penghargaan Film Favorit Penonton untuk kategori Fiksi dan Dokumenter SMA.


Manager FFP Nanki Nirmanto mengatakan, meski sudah mulai banyak pelajar SMP yang membuat film pendek di wilayah Banyumas Raya, namun gairahnya belum seperti pelajar setingkat SMA. "Hal ini terus menjadi pekerjaan rumah bagi CLC Purbalingga ke depan agar lebih banyak lagi karya-karya film pelajar SMP yang lahir tentu dengan kualitas yang baik pula," jelasnya.

Hari berikutnya, pemutaran hall pada Jumat, 29 Mei 2015. Pada jam 14.00 akan ada pemutaran film dan diskusi program "Kado buat Kota Tercinta" yang merupakan film-film pemenang dan peserta Anti-Corruption Film Festival (ACFFest) 2014 dari pelajar Purbalingga, pada jam 16.00 ada pemutaran Kompetisi Dokumenter SMA, pada jam 19.00 kembali diputar Kompetisi Fiksi SMP, serta pada jam 21.00 akan diputar film panjang "Siti" sutradara Eddie Cahyono.


0

Program Pemutaran Hall Hari I : Penonton Kompetisi Fiksi SMA Membludak


Sebagai sebuah Program Utama di Festival Film Purbalingga (FFP) 2015, Kompetisi Fiksi SMA se-Banyumas Raya tetap menjadi penting kehadirannya. Salah satu indikasinya, penonton yang selalu antusias.

Hari pertama program pemutaran hall, Rabu, 27 Mei 2015 jam main 14.00 di aula Hotel Kencana Purbalingga, penonton program Kompetisi Fiksi SMA membludak. Hampir 300 kursi yang disediakan tidak mampu menampung penonton, yang akhirnya mereka duduk lesehan di lantai bagian depan, tengah dan samping.

“Program ini memang paling kami tunggu-tunggu. Sekaligus kesempatan kami untuk menunjukan kepada teman-teman satu sekolah kami dan sekolah lain, film yang kami buat saat pemutaran,” tutur Putra Sanjaya, sutradara film pendek “Coblosan” dari SMK Kutasari Purbalingga.


Putra dengan dibantu guru-guru muda dari sekolahnya, mampu mengajak lebih dari seratus siswa menggeruduk aula dimana FFP 2015 digelar. Demikian pembuat film dari sekolah lain yang tidak mau ketinggalan mengajak teman-teman mereka ikut serta.

Saat itu, diputar enam film fiksi SMA yaitu, “Ali-Ali Setan” dari SMK YPLP Perwira, “Begal Watu” dari SMA Rembang, “Coblosan” dari SMK Kutasari, “Gugat Pegat” dari SMA Bukateja, “Skandal Arit” dari SMK 1, dan “Sumbangan Dablongan” dari SMA Kemangkon, kesemuanya sekolah dari Kabupaten Purbalingga.

Sebelumnya pada jam main 10.00 ada Program Film Anak dan setelah pemutaran program Kompetisi Fiksi SMA ada Program XXI Short Film jam main 16.00, serta pada malam harinya, ada Program Kompetisi Dokumenter SMA se-Banyumas Raya dengan jam main 19.00 yang tidak kalah seru.


Direktur FFP Bowo Leksono mengatakan, sejak keberadaan FFP sembilan tahun silam, film pelajar menjadi pondasi kuat bagi keberlanjutan festival. “Pelajar, baik sebagai pembuat film maupun penontonnya, menjadi hal yang peting bagi eksistensi FFP,” jelasnya.

Hari berikutnya, Kamis, 28 Mei 2015 di aula Hotel Kencana, FFP 2015 akan menggelar Program Khusus Cerita Tentang Rahasia jam main 10.00, Program Khusus Fokus: Tonny Trimarsanto jam main 14.00, Kompetisi Fiksi SMP jam main 16.00, dan Program Kompetisi Fiksi SMA.
0

Layar Tanjleb FFP 2015 Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga


Berlatar perbukitan yang dibaliknya menjulang tinggi dan megah Gunung Slamet, layar dikembangkan di sebuah tanah kosong yang disekelilingnya rumah-rumah warga. Sejak kedatangan Armada Layar Tanjleb Festival Film Purbalingga (FFP) 2015 sudah disambut hawa sejuk dan menyegarkan.

Dusun Kaliurip, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga menjadi titik desa terakhir tepatnya titik ke-19 program Layar Tanjleb FFP 2015, pada Senin malam, 25 Mei 2015. Penampilan grup Kesenian Tek-Tek Gema Laras dari Dusun Kaliurip tampil menyambut selamat datang.

Dalam sambutannya, Kepala Desa Serang Sugito mengatakan, sudah puluhan tahun silam tidak ada hiburan layar tanjleb. "Ternyata sekarang muncul kembali dan yang mengerjakan anak-anak muda. Tidak hanya itu, film-film yang diputar pun sebagian karya anak-anak muda Purbalingga. Ini membanggakan, semoga bisa memotivasi dan menginspirasi masyarakat," tuturnya.


Malam itu, diputar film dokumenter "Para Penggali Pasir" produksi pelajar SMA Karangreja Purbalingga dan film pendek "Coblosan" produksi pelajar SMK Kutasari Purbalingga. Kedua film tersebut masuk seleksi Kompetisi Pelajar SMA se-Banyumas Raya FFP 2015.

Sesi pemutaran berikutnya, dengan diselingi pembagian doorprize, diputar film dokumenter "Menonton Penonton" sutradara Ardi Wirda Irawan, film fiksi "Lemantun" sutradara Wregas Bhanuteja, dan film dokumenter "Digdaya Ing Bebaya" sutradara BW Purbanegara, serta memutar pula film panjang "Siti" sutradara Eddie Cahyono.

Titik terakhir gelaran Layar Tanjleb FFP 2015 di Desa Serang sekaligus bergandeng dengan paket wisata Dolan Purbalingga. Peserta paket wisata yang sebagian besar dari luar kota Purbalingga, selama dua hari, selain menikmati tontonan layar tanjleb, juga menikmati alam Desa Serang dan sekitarnya.


Direktur FFP Bowo Leksono mengatakan, sudah saatnya para tamu FFP tidak hanya menikmati mungilnya kota dan lezatnya kuliner Purbalingga. "Program Layar Tanjleb FFP selalu menjadi daya tarik, itu yang menyebabkan festival digelar hingga sebulan, karena itu perlu menyatu dengan paket wisata," jelasnya.

Usai menggelar program Layar Tanjleb, FFP 2015 akan menuju program hall tepatnya di aula Hotel Kencana Jl Pujowiyoto No. 1 Purbalingga mulai 27-30 Mei 2015 dari pagi hingga malam hari. Berbagai program digelar seperti pemutaran film, diskusi, temu komunitas film, pentas seni, dan malam penganugerahan.
0

Layar Tanjleb FFP 2015 Desa Karangmalang, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga


"Elok, Mas. Festival Film Purbalingga itu benar-benar mampu mendekatkan film dengan penontonnya. Ditambah ada doorprize di sela pemutaran yang semakin merekatkan warga dengan festival," tutur Eddie Cahyono, sutradara film panjang "Siti" dari Yogyakarta.

Sudah dua malam Eddie berada dalam suasana Festival Film Purbalingga (FFP) di program Layar Tanjleb. Pada Minggu malam, 24 Mei 2015 di pelataran balai Desa Karangmalang, Kecamatan Bobotsari dan malam sebelumnya di Dusun Bandingan, Desa Majapura, Kecamatan Bobotsari. Keduanya masuk wilayah Kabupaten Purbalingga.


Pegiat FFP Anggi Mutiara Oktavian mengatakan, pada dasarnya, titik lokasi layar tanjleb fleksibel dapat dilakukan di ruang mana saja. "Sepanjang mampu menghadirkan warga untuk mengapresiasi, meskipun semakin luas ruang yang ditawarkan semakin memberi peluang keleluasaan penonton," ujarnya.

Layar tanjleb di Desa Karangmalang, halaman balai desa yang tidak terlalu luas tetap memungkinkan layar tertancap. Suasana keakraban antarwarga dan antara warga dengan pemerintah desa pun terasa hangat.

Pada kesempatan itu, diputar film pendek "Begal Watu" produksi pelajar SMA Rembang Purbalingga dan film pendek "Coblosan" produksi pelajar SMK Kutasari Purbalingga. Kedua film tersebut masuk seleksi Kompetisi Pelajar SMA se-Banyumas Raya FFP 2015.


Di sesi pemutaran berikutnya, dengan diselingi pembagian doorprize, diputar film dokumenter "Menonton Penonton" sutradara Ardi Wirda Irawan, film fiksi "Lemantun" sutradara Wregas Bhanuteja, dan film dokumenter "Digdaya Ing Bebaya" sutradara BW Purbanegara, serta memutar pula film panjang "Siti" sutradara Eddie Cahyono.

Menurut koordinator panitia lokal Ampris Wahono, mengamati pergerakan Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga sebagai penggagas FFP sudah cukup lama. "Ada kepuasan bisa menghadirkan layar tanjleb ke desa kami karena warga senang ada hiburan," ungkapnya.

Desa Karangmalang menjadi titik ke-18 dari 19 titik desa pemutaran. Malam terakhir program Layar Tanjleb FFP 2015 rencananya digelar pada Senin malam, 25 Mei 2015 di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga. Titik pemutaran terakhir itu, sekaligus masuk program paket Dolan Purbalingga, nonton layar tanjleb sekaligus berwisata di Purbalingga.
0

Layar Tanjleb FFP 2015 Desa Majapura, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga


Usai berpromosi di seputaran kota Kecamatan Bobotsari, armada Layar Tanjleb Festival Film Purbalingga (FFP) 2015 menuju titik lokasi pemutaran. Di lokasi, sebuah panggung mini telah terpasang, menandakan malam nanti layar tanjleb akan dimeriahkan pula dengan pentas seni.

Lokasi yang disiapkan panitia lokal berupa bengkel mobil dengan halaman yang cukup luas. Malam itu, Layar Tanjleb FFP 2015 digelar di Dusun Bandingan, Desa Majapura, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Sabtu, 23 Mei 2015.

“Anak-anak pentas menari jadi tidak cuma saat acara Tujuhbelasan, di kegiatan layar tanjleb ini pun punya kesempatan. Pentas seperti ini kan jadi memancing anak-anak lain untuk bisa tampil di panggung,” ujar Tohirin, salah satu penonton.


Gelaran layar tanjleb tidak hanya menjadi momen bertemunya antarwarga, tapi juga antara warga dengan pemerintah desa. Kegiatan ini menjadi kesempatan pemerintah desa untuk bersoasialisasi tentang program pemerintah kepada warga secara lebih luas.

Seperti yang dilakukan Kepala Desa Majapura Retno Hendarwati. Dalam sambutannya, ia berkesempatan mensosialisasikan tentang adanya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Purbalingga tahun ini tepatnya pada 9 Desember 2015. “Selain itu terkait pembayaran pajak dari masyarakat yang sampai bulan April 2015 lalu baru 30 persen. Semoga bulan Juni mendatang bisa ditingkatkan,” harapnya.

Pada kesempatan itu, diputar film pendek “Ayam” produksi SMA Bobotsari Purbalingga dan film pendek “Coblosan” produksi SMK Kutasari Purbalingga. Film “Ayam” diputar untuk dapat diapresiasi warga Desa Majapura dimana lokasi sekolah itu berada.


Di sesi pemutaran berikutnya, dengan diselingi pembagian puluhan doorprize, diputar film dokumenter “Menonton Penonton” sutradara Ardi Wirda Irawan, film fiksi “Lemantun” sutradara Wregas Bhanuteja, dan film dokumenter “Digdaya Ing Bebaya” sutradara BW Purbanegara, serta memutar pula film panjang “Siti” sutradara Eddie Cahyono.

Menurut pegiat FFP Canggih Setyawan, ini menjadi tahun kedua bagi Desa Majapura didatangi program Layar Tanjleb FFP. “Panitia lokal yang dari Karangtaruna Wirabhumi Desa Majapura ingin setiap tahun berpartisipasi dalam FFP dengan menempatkan layar tanjleb di dusun-dusun secara bergiliran,” tuturnya.

Setelah dari titik pemutaran Desa Majapura, armada Layar Tanjleb FFP 2015, hari berikutnya bergeser ke desa tetangga yaitu memutar di Desa Karangmalang, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga pada Minggu malam, 24 Mei 2015.
0

Layar Tanjleb FFP 2015 Desa Bukateja, Kecamatan Bukateja, Purbalingga

"Saya berani maju ke depan layar untuk menjawab pertanyaan karena melihat ada hadiah ayam yang disiapkan panitia. Lumayan sebentar lagi bulan puasa terus lebaran, bisa dipelihara dulu," tutur Wuryati girang usai mendapatkan doorprize seekor ayam.

Panitia lokal yaitu pemuda Bukateja yang turut mengusung Layar Tanjleb Festival Film Purbalingga (FFP) 2015 di pelataran kantor Kecamatan Bukateja, Purbalingga, pada Jumat malam, 22 Mei 2015 memang menyediakan beragam doorprize, antara lain beberapa ekor ayam.

Meski persiapan hanya beberapa hari, karena titik Desa Bukateja menggantikan titik desa lain yang karena sesuatu hal tidak bisa menjadi lokasi layar tanjleb. Namun tidak mengurangi antusias warga untuk datang di pelataran kantor kecamatan mengapresiasi film-film FFP 2015.

Koordinator panitia lokal Arga Novan mengatakan, hanya tiga hari mempersiapkan menjadi tuan rumah gelaran Layar Tanjleb FFP 2015. "Sudah lama kami ingin ada pemutaran film layar tanjleb di lingkungan kami. Tahu ada kesempatan, kami langsung menyanggupi. Persiapan dari izin tempat hingga publikasi kami kebut," jelasnya.

Pada kesempatan itu, diputar film dokumenter "Keluarga Pengrajin Tahu" produksi SMA Bukateja Purbalingga dan film pendek "Coblosan" produksi SMK Karangreja Purbalingga. Kedua film tersebut masuk seleksi Kompetisi Pelajar Banyumas Raya FFP 2015.

Di sesi pemutaran berikutnya, dengan diselingi pembagian doorprize, diputar film dokumenter "Menonton Penonton" sutradara Ardi Wirda Irawan, film fiksi "Lemantun" sutradara Wregas Bhanuteja, dan film dokumenter "Digdaya Ing Bebaya" sutradara BW Purbanegara, serta memutar pula film panjang "Siti" sutradara Eddie Cahyono.



Menurut pegiat FFP Asep Triyatno, kesuksesan program Layar Tanjleb FFP itu sangat bergantung pada aktivitas dan kreativitas panitia lokal. "Kami sifatnya stimulan. Pemuda desa yang menjadi partner lokal lah yang menentukan sukses tidaknya gelaran layar tanjleb," jelasnya.

Desa Bukateja menjadi titik ke-16 dari 19 titik desa pemutaran yang direncanakan pada Layar Tanjleb FFP 2015. Titik selanjutnya, gelaran layar tanjleb akan menyambangi Dusun Bandingan, Desa Majapura, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga pada Sabtu malam, 23 Mei 2015.
0

Layar Tanjleb FFP 2015 Desa Jetis, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga


Tidak biasanya, malam itu warga berkumpul di pelataran balai desa. Sebuah layar putih tertancap sejak sore hari. Warga dari berbagai usia pun berbondong-bondong mendatangi balai desa.

Seperti halnya di Desa Panican, layar tanjleb Festival Film Purbalingga (FFP) 2015 di Desa Jetis, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga menggandeng panitia lokal pelajar SMA tepatnya dari ekstrakulikuler sinematografi SMA Bukateja Purbalingga.

Pemutaran film layar tanjleb digelar pada Rabu malam, 20 Mei 2015 di pelataran balai Desa Jetis. Dengan dukungan pemerintah desa, acara mendapat apresiasi dari warga yang memang jarang mendapat hiburan di luar rumah.


"Kami meminta agar jadi panitia loka untuk pemutaran layar tanjleb FFP 2015 di Desa Jetis, karena lokasi suting film pendek kami terpusat di desa ini. Ingin rasanya mempertontonkan pada warga desa," tutur Meinur Diana Irawati, guru pembina ekskul sinematografi SMA Bukateja.

Film pendek yang dimaksud dan turut diputar berjudul "Gugat Pegat". Film yang juga masuk seleksi di Kompetisi Fiksi SMA se-Banyumas Raya FFP 2015 ini berkisah tentang sepasang suami istri. Istri bekerja, sementara suami pengangguran, hal itu menjadi sebab utama retaknya sebuah rumah tangga. Disamping sebab-sebab lain yang semakin memperkeruh suasana. Film ini mengangkat fenomena gugat cerai yang banyak terjadi di Purbalingga.

Selain film pendek produksi Sabuk Sinema itu, juga memutar film pelajar Purbalingga berjudul "Coblosan" produksi SMK Karangreja Purbalingga. Kemudian di sesi pemutaran berikutnya, dengan diselingi pembagian doorprize, diputar film dokumenter "Menonton Penonton" sutradara Ardi Wirda Irawan, film fiksi "Lemantun" sutradara Wregas Bhanuteja, dan film dokumenter "Digdaya Ing Bebaya" sutradara BW Purbanegara, serta memutar pula film panjang "Siti" sutradara Eddie Cahyono.


Pegiat FFP Nanki Nirmanto mengatakan, saat CLC Purbalingga memfasilitasi produksi film "Gugat Pegat" terbesit berbagai pertanyaan dari warga dimana pengambilan gambar dilakukan. "Malam ini terjawab sudah, bahwa yang dilakukan pelajar Purbalingga mengkritisi kondisi sosial masyarakat lewat film," jelasnya.

Desa Jetis menjadi titik ke-15 roadshow layar tanjleb FFP 2015. Akan libur sehari, untuk kemudian melanjutkan titik berikutnya pada Jumat malam, 22 Mei 2015 di pelataran kantor Kecamatan Bukateja, Purbalingga.
0

Layar Tanjleb FFP 2015 Desa Panican, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga


Tampak sedikit berbeda titik desa layar tanjleb Festival Film Purbalingga (FFP) 2015 dari titik desa sebelumnya. Panitia yang turut mengusung suksesnya program layar tanjleb kali ini adalah pelajar SMA.

Para pelajar SMA Kemangkon Purbalingga yang tergabung dalam OSIS menjadi panitia lokal untuk pemutaran layar tanjleb FFP 2015 di lapangan Desa Panican, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga pada Selasa malam, 19 Mei 2015.

"Ini keinginan kami untuk bisa menghadirkan layar tanjleb FFP ke masyarakat di sekitar sekolah kami. Karena sekaligus sebagai sosialisasi sekolah kami, tentu pihak sekolah mendukung," ujar Mutiara Sakinah, yang masih duduk di bangku kelas XI.


Salah satu bentuk sosialisasi produk film dari SMA Kemangkon yang turut diputar yaitu film berjudul "Sumbangan Dablongan". Film yang masuk seleksi Kompetisi Pelajar SMA se-Banyumas Raya FFP 2015 ini berkisah tentang seorang pengangguran bernama Surya. Suatu hari, ia bertemu dengan teman lamanya, Haryono.

Haryono mengajak Surya bekerja meminta sumbangan karena pandai merayu dan dalam sepekan Surya mendapatkan hasil yang banyak. Haryono merasa iri kemudian menyuruh Surya datang ke sebuah yang sebenarnya adalah Yayasan aslinya.

Wakil Kepala Kesiswaan SMA Kemangkon Kuswadi mengatakan, dengan berhasilnya SMA Kemangkon memproduksi film, pihak sekolah mendukung berdirinya ekstrakulikuler sinematografi. "Jadi, anak-anak di wilayah Kecamatan Kemangkon dan sekitarnya bisa belajar film dengan cara mendaftar di SMA Kemangkon," tuturnya.


Selain film "Sumbangan Dablongan", juga memutar film pelajar Purbalingga berjudul "Coblosan" produksi SMK Karangreja Purbalingga. Kemudian di sesi pemutaran berikutnya, dengan diselingi pembagian doorprize, diputar film dokumenter "Menonton Penonton" sutradara Ardi Wirda Irawan, film fiksi "Lemantun" sutradara Wregas Bhanuteja, dan film dokumenter "Digdaya Ing Bebaya" sutradara BW Purbanegara, serta memutar pula film panjang "Siti" sutradara Eddie Cahyono.

Menurut pegiat FFP Reza Haryanto, seperti halnya kegiatan lain di sekolah, film bisa menjadi pemantik anak untuk masuk ke sekolah tersebut. "Tidak harus belajar ke sekolah di kota, bila di desa pun bisa belajar film," jelasnya.

Masih di wilayah Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, malam berikutnya, layar tanjleb FFP 2015 akan menggelar di Desa Jetis tepatnya di pelataran balai Desa Jetis pada Rabu, 20 Mei 2015.
0

Layar Tanjleb FFP 2015 Desa Sumingkir, Kecamatan Kutasari, Purbalingga

"Tingkat penasaran saya sudah sangat tinggi untuk menonton film yang berjudul Coblosan. Kayak apa ya, saya aktingnya di film itu?," ujar Bangkit Fajar Erawan yang berperan sebagai Somad di film Coblosan.

Film karya Kenari Production Ekstrakulikuler Sinematografi SMK Kutasari Purbalingga itu, menjadi satu-satunya film di program kompetisi yang turut berkeliling di program Layar Tanjleb Festival Film Purbalingga (FFP).

Coblosan berkisah tentang Somad dan Kadir sebagai pendukung setia calon kades muda yang akan membawa perubahan. Namun, kedua petani itu terus dibayang-bayangi Pono, tim sukses calon kades incumbent dengan uang sogokan.

Apapun alasannya, Somad tidak mau mengkhianati kesetiaannya pada calon kades muda. Sementara Kadir, ragu menolak amplop dengan pemikiran bila sudah di bilik suara, tak ada seorang pun tahu pilihannya.


Bangkit dan pemain film Coblosan lainnya yang sama-sama berprofesi sebagai guru baru berkesempatan menonton saat layar tanjleb FFP 2015 menyambangi lapangan Desa Sumingkir, Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga, pada Senin malam, 18 Mei 2015.

Pada kesempatan itu, diperkenalkan sekaligus unjuk gigi olahraga beladiri Tarung Drajat oleh koordinator panitia lokal Dedi Ambar Prakoso. "Seperti halnya Pencak Silat, Tarung Drajat ini sudah di bawah KONI Purbalingga yang sedang terus dikembangkan sebagai salah satu cabang olahraga beladiri," ujar Dedi yang juga Pengurus Harian KONI Purbalingga.

Selain film "Coblosan", layar tanjleb di Desa Sumingkir juga diputar film pendek "Begal Watu" yang diproduksi oleh Gerilya Pak Dirman Film, komunitas pembuat film yang sudah diakui keberadaannya di SMA Rembang Purbalingga oleh pihak sekolah.


Sesi pemutaran berikutnya, dengan diselingi pembagian doorprize, diputar film dokumenter "Menonton Penonton" sutradara Ardi Wirda Irawan, film fiksi "Lemantun" sutradara Wregas Bhanuteja, dan film dokumenter "Digdaya Ing Bebaya" sutradara BW Purbanegara, serta memutar pula film panjang "Siti" sutradara Eddie Cahyono.

Menurut Pegiat FFP Nur Muhammad Iskandar, gelaran layar tanjleb FFP memberi kesempatan pada potensi titik desa yang didatangi untuk berunjuk gigi. "Tidak hanya menampilkan kesenian, tapi bisa apapun yang memang membutuhkan media untuk sosialisasi," jelasnya.

Setelah menyambangi Desa Sumingkir, hari berikutnya, layar tanjleb FFP 2015 menuju ke lapangan Desa Panican, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga pada Selasa malam, 19 Mei 2015.
0

Layar Tanjleb FFP 2015 Desa Timbang, Kecamatan Kejobong, Purbalingga


"Monggo.. monggo... Warga Desa Timbang, mangke ndalu wonten pemutaran film layar tanjleb teng pelataran bale dusun Timbang, ampun kesupen!" (Silakan... Warga Desa Timbang, nanti malam ada pemutaran film layar tanjleb di pelataran balai Desa Timbang, jangan lupa!).

Teriakan awak armada layar tanjleb Festival Film Purbalingga (FFP) 2015 terdengar dari pengeras suara yang menempel di atas mobil. Diiringi lagu-lagu lawas dari Raja Dangdut Rhoma Irama, suara itu dilantangkan jauh sebelum memasuki perbatasan Desa Timbang.

"Saya datang ke lapangan depan balai desa ini karena penasaran. Tadi sore saat menyapu halaman, mendengar ada mobil halo-halo, katanya mau ada film layar tanjleb," tutur Wartini, salah satu warga.


Hari itu, setelah melanglang di Kabupaten Banjarnegara, Cilacap, dan Banyumas, armada layar tanjleb FFP 2015 kembali ke Purbalingga. Memasuki titik desa ke-12, disambangi Desa Timbang, Kecamatan Kejobong pada Sabtu, 16 Mei 2015.

Menurut Kepala Desa Timbang Mistono, menyambut gembira program layar tanjleb FFP yang digelar Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga karena selain bertujuan menghibur warga, tontonan ini bersifat aman. "Tontonan film apalagi di lapangan, bisa ditonton anak-anak, pemuda, hingga orang tua. Semua berkumpul sekaligus bersilaturahmi," ujarnya.

Malam itu, dua film fiksi pelajar Purbalingga yang diambil dari program Kompetisi Pelajar SMA se-Banyumas Raya, yaitu "Ali-Ali Setan" produksi SMK YPLP Perwira Purbalingga dan "Coblosan" produksi SMK Kutasari Purbalingga diputar di sesi pertama.


Sesi pemutaran berikutnya, dengan diselingi pembagian doorprize, diputar film dokumenter "Menonton Penonton" sutradara Ardi Wirda Irawan, film fiksi "Lemantun" sutradara Wregas Bhanuteja, dan film dokumenter "Digdaya Ing Bebaya" sutradara BW Purbanegara, serta memutar pula film panjang "Siti" sutradara Eddie Cahyono.

Pegiat FFP Cahyo Prihantoro mengatakan, membenarkan apa yang dikatakan Kades Timbang, bahwa layar tanjleb adalah tontonan yang aman. "Menonton film itu butuh santai bahkan kadang butuh sedikit mikir, jadi jangan khawatir layar tanjleb itu tidak aman," jelasnya.

Usai singgah di Desa Timbang, hari berikutnya, layar tanjleb FFP 2015 libur untuk mengembalikan tenaga para awaknya. Untuk kemudian, pada Senin, 18 Mei 2015 akan menyambangi Desa Sumingkir, Kecamatan Kutasari, Purbalingga.
0

Layar Tanjleb FFP 2015 Desa Binangun, Kecamatan Banyumas, Banyumas


Langit cerah, bintang tampak bertaburan di langit Binangun. Menandakan malam itu hujan absen turun. Para pedagang kaki lima sudah bersiap menjajakan dagangannya sebelum armada Layar Tanjleb Festival Film Purbalingga (FFP) 2015 datang.

Layar FFP ditancapkan di tanah salah satu desa yang terletak di dataran tinggi di wilayah Kabupaten Banyumas, yaitu di lapangan Desa Binangun, Kecamatan Banyumas pada Jumat malam, 15 Mei 2015.

Kepala Desa Binangun Dali Hadi Susilo merasa senang didatangi rombongan layar tanjleb FFP 2015. "Film layar tanjleb ini tidak hanya mengobati rasa haus warga akan hiburan di luar rumah, sekaligus promosi potensi desa. Bahwa kita punya potensi seperti produk emping melinjo, gula kristal, ternak kambing dan sapi, dan sebagainya," tuturnya saat memberi sambutan.


Dimalam yang gembira itu, festival film yang digagas Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga, memutar film fiksi yang diambil dari program Kompetisi Pelajar SMA se-Banyumas Raya, yaitu "Ngakaki Akik" (Mentertawakan Batu Akik) produksi SMP 1 Rembang Purbalingga dan "Coblosan" produksi SMK Kutasari Purbalingga.

Sesi pemutaran berikutnya, dengan diselingi pembagian doorprize, diputar film dokumenter "Menonton Penonton" sutradara Ardi Wirda Irawan, film fiksi "Lemantun" sutradara Wregas Bhanuteja, dan film dokumenter "Digdaya Ing Bebaya" sutradara BW Purbanegara, serta memutar pula film panjang "Siti" sutradara Eddie Cahyono.


Malam itu, kegembiraan tidak hanya dirasakan warga yang datang dengan jarak yang cukup jauh karena rumah yang tidak saling berdekatan, tapi juga belasan pedagang makanan dan mainan anak-anak yang sebagian besar ludes terbeli.

Menurut pegiat FFP Canggih Setyawan, kepuasan menggelar layar tanjleb itu tidak hanya ketika banyak warga yang datang dan menikmati suguhan film-film yang diputar, tapi juga para pedagang yang dagangannya laku. "Jadi terasa, festival film ini milik rakyat, banyak yang diuntungkan," jelasnya.

Desa Binangun merupakan titik desa terakhir di Kabupaten Banyumas yang disambangi layar tanjleb FFP 2015. Malam selanjutnya, rombongan akan kembali ke Kabupaten Purbalingga dan menancapkan layar di Desa Timbang, Kecamatan Kejobong pada Sabtu, 16 Mei 2015.
0

Layar Tanjleb FFP 2015 Kelurahan Purwanegara, Kecamatan Purwokerto Utara, Banyumas


Rumput lapangan sepakbola yang terletak di belakang kantor kelurahan itu terlihat tinggi. Pertanda, jarang digunakan untuk bermain sepakbola terlebih kompetisi. Saat ini, anak muda kota lebih tertarik bermain futsal dengan lapangan yang nyaman.

Sore itu, Kamis, 14 Mei 2015, armada Layar Tanjleb Festival Film Purbalinga (FFP) 2015 yang merupakan program Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga memasuki lapangan sepakbola di Kelurahan Purwanegara, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas. Memilih parkir di salah satu sudut lapangan, menurunkan peralatan, lalu mendirikan layar.

Seperti halnya di titik layar tanjleb lainnya, menjalin kerjasama dengan kelompok pemuda yang meminta adanya pemutaran film. Di Kelurahan Purwanegara, bertindak sebagai panitia lokal para pengurus Yayasan Literasi Bangsa Purwokerto.

Ketua Dewan Pengurus Yayasan Literasi Bangsa Hermawan Prasojo, SH, MH, mengatakan film menjadi penting sebagai salah satu media literasi kekinian. "Lewat film, kemampuan kita diasah untuk membaca lingkungan sekitar," ujarnya.


Pada kesempatan pemutaran di Kelurahan Purwanegara, diputar dua film fiksi lokal yang diambil dari program Kompetisi Pelajar SMA se-Banyumas Raya, yaitu "Gugat Pegat" produksi SMA Bukateja Purbalingga dan "Coblosan" produksi SMK Kutasari Purbalingga.

Selain itu, di sesi pemutaran berikutnya, diputar film dokumenter "Menonton Penonton" sutradara Ardi Wirda Irawan, film fiksi "Lemantun" sutradara Wregas Bhanuteja, dan film dokumenter "Digdaya Ing Bebaya" sutradara BW Purbanegara, serta memutar pula film panjang "Siti" sutradara Eddie Cahyono.

Lapangan sepakbola Kelurahan Purwanegara tak hanya jarang untuk bermain sepakbola, namun juga jarang sebagai tempat tontonan atau hiburan. Warga pun masih banyak yang bertanya-tanya, di zaman sekarang, masa masih ada hiburan layar tanjleb? Dan, film-film seperti apa yang diputar?


Menurut pegiat FFP Asep Triyatno, pemutaran film dengan cara layar tanjleb sekarang ini sudah cukup praktis. "Perkembangan teknologi sangat membantu kami memperkenalkan film-film berkualitas pada masyarakat," jelasnya.

Setelah pemutaran di Kelurahan Purwanegara, titik putar selanjutnya di Kabupaten Banyumas adalah di lapangan Desa Binangun, Kecamatan Banyumas pada Jumat malam, 15 Mei 2015.
0

Layar Tanjleb FFP 2015 Desa Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran, Banyumas


"Apik ya basane dewek denggo neng film. Lucu, ning malah dadi gampang dipahami (Bagus ya bahasa kita sendiri dipakai dalam film. Lucu, tapi malah jadi mudah dipahami)," ujar seorang penonton pada teman di sebelahnya.

Dua film pendek pelajar asal Purbalingga, "Sugeng Rawuh Pak Bupati" produksi SMP Negeri 4 Satu Atap Karangmoncol dan "Coblosan" produksi SMK Kutasari membuka pemutaran sesi 1 di program Layar Tanjleb Festival Film Purbalingga (FFP) 2015 di lapangan Desa Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, pada Selasa malam, 13 Mei 2015.

Film pelajar yang diproduksi dengan memakai bahasa Jawa Banyumasan ini diambil dari program Kompetisi Pelajar se-Banyumas Raya. Film pertama mengisahkan kelakuan seorang kepala desa yang menyuruh warganya menyemprot rumput karena akan kedatangan bupati, menyebabkan kambing milik Sakhirin mati.

Sementara film kedua, tentang dua warga bernama Somad dan Kadir yang menjadi pendukung setia calon kades muda yang akan membawa perubahan. Namun, kedua petani itu terus dibayang-bayangi Pono, tim sukses calon kades incumbent dengan uang sogokan.


Kepala Desa Dukuhwaluh Sidun Suharyanto, mengatakan tontonan layar tanjleb ini merupakan tontonan rakyat. "Semua lapisan masyarakat bisa datang ke lapangan dan turut menonton. Di sini kita bisa berbaur menjadi satu," jelasnya saat memberi sambutan.

Selain film lokal pelajar Banyumas Raya juga diputar film utama yaitu, film dokumenter "Menonton Penonton" sutradara Ardi Wirda Irawan, film fiksi "Lemantun" sutradara Wregas Bhanuteja, dan film dokumenter "Digdaya Ing Bebaya" sutradara BW Purbanegara, serta memutar pula film panjang "Siti" sutradara Eddie Cahyono.

Layar Tanjleb FFP yang digagas Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga di Desa Dukuhwaluh bekerjasama dengan Karangtaruna Dimanik XVI. Mereka juga turut menyumbang video profil desa untuk turut diputar.


Menurut Manager FFP Nanki Nirmanto, pemutaran di Desa Dukuhwaluh dimana terdapat salah satu kampus swasta memberi kesempatan pada mahasiswa untuk turut mengapresiasi. "Sebenarnya layar tanjleb FFP pun tidak terbatas pemutaran di desa-desa, bila perlu pihak kampus boleh meminta kami untuk memasang layar di lingkungan kampus," tuturnya.

Usai pemutaran di Desa Dukuhwaluh, titik desa berikutnya di Kabupaten Banyumas yang akan disambangi yaitu di lapangan Kelurahan Purwanegara, Kecamatan Purwokerto Utara pada Kamis, 14 Mei 2015.
0

Layar Tanjleb FFP 2015 Desa Kebasen, Kecamatan Kebasen, Banyumas


"Festival Film Purbalingga: kreatif dan inovatif!". Demikian yel-yel yang diteriakan penonton setiap kali mendapat pancingan dari pembawa acara lokal. Mereka bersemangat karena mendapat giliran didatangi program layar tanjleb FFP 2015.

Warga Desa Kebasen dan sekitarnya pada Selasa malam, 12 Mei 2015 di lapangan SMK Kebasen, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas turut merayakan pesta film yang digelar Festival Film Purbalingga.

Bertindak sebagai panitia lokal, Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Desa Kebasen, yang memang sudah menunggu mendapat giliran layar tanjleb FFP sejak beberapa tahun lalu. Mereka menyadari bahwa film bagian penting dari kegiatannya selama ini.


"Selain tulisan dan foto, film tentu menjadi bagian penting bagi kami di KIM. Film merupakan salah satu media informasi yang efektif untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat karena itu, FFP perlu dihadirkan di desa kami," tutur Budi Haryanto yang bertindak sebagai koordinator lokal.

Pada kesempatan itu, diputar film dokumenter "Braen" produksi Gerilya Pak Dirman Film dan "Coblosan" produksi SMK 1 Kutasari Purbalingga. Kedua film tersebut bagian dari program Kompetisi Pelajar Banyumas Raya FFP 2015. Tak lupa, diputar pula film pendek bertajuk "Jebule" (Ternyata) produksi KIM Desa Kebasen.

Sementara untuk film utama diputar dokumenter "Menonton Penonton" sutradara Ardi Wirda Irawan, film fiksi "Lemantun" sutradara Wregas Bhanuteja, dan film dokumenter "Digdaya Ing Bebaya" sutradara BW Purbanegara, serta memutar pula film panjang "Siti" sutradara Eddie Cahyono.


Direktur FFP Bowo Leksono mengatakan, bekerjasama dengan pemuda desa dari berbagai latar diharapkan tidak hanya saat layar tanjleb FFP. "Ini bisa menjadi awal yang baik untuk terus melakukan kerja-kerja kreatif selanjutnya dalam bidang film," jelasnya.

Desa Kebasen menjadi titik desa pertama di Kabupaten Banyumas setelah sebelumnya layar tanjleb FFP 2015 berkeliling ke Kabupaten Banjarnegara dan Cilacap. Berikutnya, di Banyumas layar tanjleb FFP akan menyambangi Desa Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran, tepatnya di lapangan desa pada Rabu malam, 13 Mei 2015.
0

Layar Tanjleb FFP 2015 Desa Kesugihan Kidul, Kecamatan Kesugihan, Cilacap


Adi Pratomo merasa senang mendapatkan doorprize dari pengelola Festival Film Purbalingga (FFP) saat menonton layar tanjleb di desanya. Sebuah bingkisan berisi kompilasi film fiksi pelajar Purbalingga diterimanya.

"Ya senang, dapat tontonan gratis dapat hadiah gratis juga. Isinya film-film dari Purbalingga. Pernah mendengar film Purbalingga, tapi baru malam ini berkesempatan menyaksikan," ujar Adi yang masih duduk di bangku SMP kelas VII.

Layar FFP 2015 ditancapkan di pelataran balai Desa Kesugihan Kidul, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap pada Minggu, 10 Mei 2015. Di Desa Kesugihan Kidul merupakan titik terakhir dari tiga titik desa di Cilacap.


Menurut Kepala Desa Kesugihan Kidul Munawir, anak-anak sekarang pasti tidak mengalami jamannya layar tanjleb. "Ternyata sekarang masih ada dan menariknya film-film yang diputar buatan pelajar Banyumas Raya," tuturnya saat memberi sambutan.

Malam itu, festival film yang digagas Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga memutar "Kadal Lanang" produksi SMP Negeri 4 Satu Atap Karangmoncol Purbalingga dan "Coblosan" produksi SMK 1 Kutasari Purbalingga. Keduanya bagian dari program Kompetisi Pelajar Banyumas Raya FFP 2015.

Untuk film utama diputar dokumenter "Menonton Penonton" sutradara Ardi Wirda Irawan, film fiksi "Lemantun" sutradara Wregas Bhanuteja, dan film dokumenter "Digdaya Ing Bebaya" sutradara BW Purbanegara, serta memutar pula film panjang "Siti" sutradara Eddie Cahyono.


Pegiat FFP Nur Muhammad Iskandar mengatakan, selama berkeliling di Kabupaten Cilacap, antusias warga untuk menonton film layar tanjleb cukup bagus. "Hanya masih kurang kesadaran pemuda untuk menghadirkan tontonan yang baik di tengah-tengah warga," ujarnya.

Setelah berkelana selama tiga malam di Kabupaten Cilacap, armada Layar Tanjleb FFP 2015 akan istirahat sehari untuk kembali lawatan ke Kabupaten Banyumas. Titik pertama akan disambangi Desa Basen, Kecamatan Basen pada Selasa malam, 12 Mei 2015.

kontak

  • Facebook : festivalfilm purbalingga
  • Twitter : @festfilmpbg
  • Email : purbalinggafilmfest@gmail.com
  • Website : festivalfilmpurbalingga.blogspot.com
  • Phone: +6285227872252 (Nanki Nirmanto) / +6285726331267 (Asep Triyatno)
  • Alamat : Jl. Puring No. 7 Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia